III
Di pojok ruang Galeri Privasi terlihat sebuah sofa yang dilengkapi dengan kantung infus berisi cairan serupa darah. Cairan dari kantung infus ini dialirkan selang kecil ke dalam sebuah gawai. Mirip seperti gawai yang tengah diisi baterainya. Pada permukaan sebuah meja kecil di sebelah sofa, terdapat komputer tablet yang menampilkan video loop sesosok perempuan yang tampak resah menunggu pengisian baterai pada gawainya. Di bagian latar karya ini terdapat lampu yang diotomatisasi dengan aplikasi internet of things (IoT), sehingga dapat menyala bergantian dengan tablet yang menampilkan video. Bila kita duduk di atas sofa, kita seakan menjadi personifikasi dari figur yang tampak dalam video ini. Selintas lalu situasinya seperti menjadi sebuah peristiwa dalam peristiwa. Kenyataan yang dibingkai oleh kenyataan yang lain.
Karya ini berjudul “Organ Vital Keenam” dan dibuat oleh tim ICT Watch Indonesia. Secara sederhana, karya ini seperti tengah membayangkan bahwa gadget elektronik dan media digital saat ini telah menjadi organ vital yang melekat dengan tubuh dan pikiran kita. Mirip seperti sebuah postulat yang menyatakan bahwa media telah menjadi The Extensions of Man atau perpanjangan tangan dari eksistensi manusia (McLuhan, 1964).
Dalam perspektif yang lain, tampilan video dan obyek sehari-hari yang saling mengisi seakan hendak memperlihatkan batas antara kenyataan dan representasi dari kenyataan yang semakin tipis. Dalam realitas media, representasi dari kenyataan dapat direproduksi, disebarkan atau bahkan direkonstruksi secara berulang-ulang dan terus-menerus. Batas antara fiksi dan kenyataan bisa menjadi demikian tipis bagi mereka yang kurang teliti.
Tak jauh dari karya ini terdapat sebuah wastafel yang berisi wadah berisi pil obat-obatan dan tumpukan jarum suntik. Di dalam wastafel ini ada tanaman hias yang menjulur keluar dan diguyur air yang mengalir terus-menerus dari dalam keran. Pada bagian latar terdapat sejumlah wadah berisi obat-obatan, jam weker, serta hiasan batu kristal warna-warni yang diletakkan mirip seperti suasana di kamar mandi. Air dari dalam wastafel keluar mengalir ke dalam pipa dan ditampung sementara untuk kemudian dipompa kembali tanpa henti. Pada beberapa sudut tampak jejak karat yang bermunculan. Kotoran yang melekat di dalam wastafel ini seperti terus bertambah banyak. Bila kita membayangkan air yang mengalir ke dalam wastafel ini sebagai arus informasi yang terus menerus tersirkulasi, kita tentu dapat membayangkan bahwa informasi ini lama kelamaan akan terdistorsi atau bahkan tercemar oleh karat dan bermacam kotoran yang bermunculan.
“Tak Semua (Obat) Mengobati”. Demikian judul yang disematkan pada karya ini oleh ICT Watch Indonesia. Kita bisa saja menghubungkan karya ini dengan berbagai informasi mengenai obat-obatan untuk mengatasi penyakit di masa pandemi COVID-19. Sebagaimana kita ketahui, informasi semacam ini hampir setiap saat begitu gencar tersebar di jagat internet. Sebagian diantaranya mungkin berisi informasi yang benar dan dapat diverfikasi. Namun begitu, sebagian informasi yang lain bisa saja merupakan berita bohong yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Judul karya ini barangkali juga sekaligus merupakan sebuah pernyataan terbuka. Tidak semua obat-obatan dapat menyembuhkan. Apalagi obat yang dioplos dengan hoax, mitos, teori konspirasi dan pseudosains.