IV

Bersebelahan dengan karya tersebut di atas, ada sebuah tempat sampah yang didisplay di dekat pojok ruang galeri. Karya ini dicipta oleh tim ICT Watch Indonesia dan diberi tajuk “Keranjang Hoax”. Untuk saya, karya ini mungkin termasuk karya yang paling eksplisit ketimbang karya-karya lain yang tampil dalam pameran ini. Tempat sampah dalam karya ini terlihat sudah penuh membuncah. Tepat di bagian atas tumpukan sampah terdapat sebuah komputer tablet yang menampilkan imaji grafis dengan imbuhan berbagai teks. Mulai dari “hoax”, “hantam hoax”, “waspada internet hoax”, dsb. Karya ini bicara tentang informasi sampah dengan menampilkan (wadah) sampah dalam wujud yang sangat kongkrit dan eksplisit. Bagaimanapun informasi hoax itu adalah sampah yang memang harus dibuang dan dimusnahkan, bukan untuk disebarluaskan. Tak lebih tak kurang.

Karya terakhir yang ditampilkan dalam pameran ini terdiri dari tiga buah monitor yang sudah dimodifikasi menjadi aquarium. Di dalamnya terdapat miniatur ruangan seperti kamar tidur, kamar mandi, serta sebuah ruang santai yang direka menjadi mirip replika dari ruang pamer Galeri Privasi. Setiap aquarium dihuni satu ekor ikan cupang yang memiliki warna dan jenis yang saling berbeda. Ikan hias ini seperti cermin bagi ideologi masyarakat kontemporer yang bertumpu pada variasi, perbedaan, dan kejutan yang tak berujung pangkal. Karya ini dicipta oleh Studio Malya dan diberi judul “Bahagia di Balik Layar”. Ketiga rekaan ruang pribadi yang berbentuk akuarium ini barangkali serupa dengan kurungan transparan yang mengungkung para penghuninya. Layar kaca yang demikian lebar memungkinkan sang penghuni di dalam akuarium untuk menerawang jauh. Namun pada saat bersamaan, situasi di dalam akuarium ini menjadi mudah diamati dan diawasi setiap saat.

Wilayah personal di ruang privat saat ini sudah semakin terkoneksi dan terintegrasi dengan jagat internet. Batas tegas antara wilayah privat dan publik saat ini telah semakin mencair. Khususnya di era pandemi COVID-19, ada semakin banyak orang yang menghabiskan keseharian di ruang-ruang privat yang terkoneksi ke berbagai belahan dunia melalui jaringan internet.

Dalam konteks perlindungan data dan keamanan privasi di internet, kini ada semakin banyak risiko yang membuat ruang personal tidak lagi betul-betul menjadi ruang yang aman bagi semua orang. Tembok-tembok pembatas yang seakan semakin transparan telah menjadi dinding tembus pandang.

Wilayah yang sebelumnya terisolasi kini dapat teramati oleh siapa saja, di mana saja, dan untuk kepentingan apa saja. Batas-batas semakin kabur dan mengambang dalam ruang liminal yang senantiasa saling bernegosiasi atau bahkan kadang berkonfrontasi. Kini kita harus bisa menjaga diri meski sedang berada di dalam ruang pribadi.